Latest Post :
Home » , » PENGALAMAN BARU SASA

PENGALAMAN BARU SASA

Kamis, 27 Februari 2014 | 0 komentar

PENGALAMAN BARU SASA


Sasa, gadis kecil berkulit putih dan bermata sipit itu memiliki sifat manja. Pagi itu, seperti biasa Sasa pergi ke sekolah diantar oleh ayahnya. Meskipun sudah kelas dua, terkadang muncul keinginan Sasa untuk ditunggui ibunya di kelas. Lebih-lebih jika ada pelajaran menyanyi.
            Hari Kamis. Jam pelajaran pertama di kelas dua adalah Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Pak Surya, guru SBK di sekolah Sasa, telah merencanakan hari itu anak-anak disuruh menyanyi di depan kelas.
Ayah Sasa telah meninggalkan sekolah dan dia bilang kepada Sasa kalau nanti ibunya yang akan menunggui Sasa di kelas. Waktu hampir menunjukkan pukul tujuh. Sasa mulai gelisah karena ibunya belum juga datang. Padahal, beberapa menit lagi dia harus masuk kelas.
“Ke mana sih, ibu, gak datang-datang?” gumam Sasa kesal. Ketika tanda bel masuk berbunyi, Sasa langsung lari ke pintu gerbang untuk memastikan kedatangan ibunya. Tetapi, ibunya juga tidak kunjung datang.
“Sasa …” Pak Surya yang baru keluar dari kantor, geleng-geleng kepala melihat Sasa di pintu gerbang. “Eh, Bapak”, Sasa terkejut mendengarnya. “Ada apa kamu di situ, Sa?” Tanya Pak Surya mendekati Sasa.
“Ehm… Sasa menunggu ibu”, jawab Sasa gugup. “Tadi, ibumu telepon bapak. Dia ada acara mendadak sehingga tidak bisa menungguimu”,  kata Pak Surya sambil memegang pundak Sasa.
Sasa dan Pak Surya meneruskan langkah menuju ruang kelas II. Sesampainya di kelas, Novi, teman sebangku Sasa, sudah menunggunya. Dia menyambut kedatangan Sasa dengan gembira. Faiz, Anton, Nana, Dini, dan teman-teman sekelasnya sudah bersiap menerima pelajaran.
Suasana hening. Hati Sasa semakin gelisah dan tidak tenang. Tak lama kemudian, Pak Surya mengajak anak-anak untuk memulai pelajaran.
“Selamat pagi anak-anak”, sapa Pak  Surya memulai pelajaran.
“Selamat pagi, Pak”, jawab murid-murid serempak.
Siap grak! Hormat grak! Tegap grak! Berdoa mulai!” Faiz, si ketua kelas memberi komando dan memimpin doa bersama.
“Selesai,” terdengar lagi komando Faiz mengakhiri doa.
“Sekarang, silakan anak-anak memilih sebuah lagu nasional untuk dinyanyikan satu per satu di depan kelas. Kalian bebas memilih lagu nasional yang pernah pak guru ajarkan” kata Pak Surya melanjutkan pelajaran.
Para murid sibuk memilih lagu nasional yang mereka suka. Ada yang nampak ceria, ada juga yang tenang. Tetapi, tidak demikian dengan Sasa. Ia hanya gelisah dan takut harus menyanyi sendirian di hadapan teman-temannya. Ia tidak bisa duduk tenang, terkadang berdiri dan melihat ke luar kelas, dan duduk lagi.
 Setelah semua murid nampak siap, Pak Surya mulai mempersiapkan lembar penilaian. Segeralah Pak Surya memanggil sesuai arutan absen. Nomor absen pertama di kelas dua adalah Anton. Dengan sifatnya yang pemberani dan tegas, Anton segera berdiri dan maju di depan teman-temannya. Ia menyanyikan lagu “Dari Sabang sampai Merauke” dengan suara lantang dan penuh percaya diri.
Pak Surya melanjutkan memanggil siswa yang lain. Tibalah giliran Sasa untuk menyanyi. Dengan langkah setengah, gadis kecil bermata sipit itu berjalan ke depan kelas. Perasaaan takut dan gelisah masih menghantuinya.
“Sasa berani  menyanyi sendiri?” Tanya Pak Surya. “Engg…” belum sempat Sasa bicara, Pak Surya melanjutkan memberi semangat untuk Sasa.
“Sasa sekarang kan sudah besar. Sasa harus mandiri, gak usah ditungguin mama terus. Lagian kan gak mungkin kalau mama harus nungguin Sasa terus.”
Tak lama kemudian, Sasa segera menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”, karena lagu itulah yang pernah ia pelajari di rumah bersama ibunya. Meskipun sedikit dag dig dug, tetapi suara Sasa terdengar merdu. Hanya saja Sasa masih kurang percaya diri.
Selesai Sasa menyanyi, segera ia duduk dan suara tepuk tangan teman-temannya sedikit menghilangkan kegelisahan Sasa. Inilah pengalaman terbaru Sasa di sekolah.
“Ternyata aku bisa seperti teman-teman yang lain”, gumam Sasa dalam hati. “Aku tidak akan lagi minta ditemani mama di sekolah”.
Jam pelajaran berakhir. Tanda bel pulang berbunyi. Dengan perasaan gembira, Sasa segera pulang bersama teman-temannya. Ingin rasanya segera sampai rumah dan menceritakannya kepada mama.

* Guru Bahasa Indonesia MI Tarbiyatul Ulum
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Original Template | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. MI TARBIYATUL ULUM MENCETAK GENERASI SUKSES
Modifikasi Tampilan Oleh Pangeran Yayan Putra
Proudly powered by Kang Blogger