GARA-GARA KOPI
Karya : Ani Maslihatul M. S.PdI *
Hari ini hari
Sabtu. Jam pelajaran pertama di kelas IV adalah Matematika. Bu Rini, wali kelas
IV, yang juga mengajar pelajaran Matematika, segera mempersiapkan para siswa
untuk menerima pelajaran. Ahmad, sebagai ketua kelas memimpin teman-temannya
untuk berdo`a.
Selesai berdoa, Bu
Rini, mengabsen siswa di kelas itu. Terlihat ada satu kursi kosong. “Di mana si
Bogel?” Tanya Bu Rini kepada anak-anak. “Tidak berangkat, Bu”, jawab beberapa
anak serempak.
Jarum jam telah
menunjukkan pukul 07.25. Para siswa terlihat sudah siap menerima pelajaran dari
Bu Rini. Pelajaran Matematika hari ini adalah ulangan bilangan romawi. Beberapa
siswa terlihat nampak serius membuka-buka buku paket dan ada sebagian siswa
yang memang sudah mempersiapkan diri dari rumah.
Suasana hening. Andai jarum jam jatuh pun akan
terdengar. Dalam keheningan itu, tiba-tiba terdengar suara kaki berlari sambil
menjejak tanah. “Tok…tok…tok…” suara ketukan pintu menggugah keheningan siswa
di kelas itu. Guru berpipi lesung itu segera mendekat pintu dan membukanya.
“Bogel…”, sapa Bu Rini dengan senyum manisnya.
“Emm… maaf, Bu, Bogel terlambat. Bolehkah Bogel
masuk, Bu?” kata Bogel sedikit tersendat.
“Dari mana kamu, Bogel? Jam segini baru
berangkat?” Tanya Bu Rini dengan suara lembut.
“Maaf, Bu. Bogel bangun kesiangan” jawab Bogel
dengan wajah malu.
Bu Rini yang terkenal penyabar itu
mempersilakan Bogel duduk. Dengan nada malu-malu, Bogel menceritakan hal yang
menyebabkan dia bangun kesiangan dan terlambat datang ke sekolah.
Anak berbadan gendut itu memang punya kebiasaan
yang kurang baik di kelasnya. PR dari bapak/ibu guru sering kali tidak ia
kerjakan. Selalu saja ada alasan, entah bukunya yang ketinggalan, lupa kalau
ada PR, dan lain-lain. Bahkan tugas di sekolah pun juga sering tidak
terselesaikan. Dia juga suka bikin ulah di kelasnya.
Malamnya, selesai belajar ia merasa haus.
Segera ia pergi ke dapur mengambil minum. Dilihatnya segelas kopi milik ayah di
meja makan. Dengan sengaja bogel minum kopi milik ayahnya hingga habis setengah
gelas. Dia mengira ayahnya telah tidur. Padahal, ayah dan ibunya masih nonton tv
di ruang keluarga.
Segera ia kembali ke meja belajarnya. Tapi,
entah apa yang dikerjakannya di sana. Karena Bogel bukanlah anak yang rajin.
Beberapa menit kemudian setelah Bogel merasa lelah, segera ia merebahkan
badannya yang gendut itu ke tempat tidurnya. Dilihatnya jam bergambar Winnie
the Pooh di atas meja belajarnya. “Waduh…, jam sebelas. Bagaimana
mungkin besok aku bisa bangun pagi kalau jam segini aku belum bisa tidur?”
gumamnya dalam hati.
Dengan perasaan cemas dan gelisah, dia
membolak-balikkan badannya di atas kasur empuknya. Diingat-ingatnya apa yang
membuat dia tidak bisa tidur. Ternyata, gara-gara kopi yang ia minum tadi
sehabis belajar. Dia sesali apa yang dilakukannya. Akhirnya, dia baru bisa
tertidur setelah jam dua belas malam.
“Bogel, ayo bangun. Sudah siang!”, suara lembut
mama membangunkannya. Ditariknya selimut Bogel karena dia merasa belum saatnya
untuk bangun. Berat rasanya mata Bogel untuk melihat indahnya suasana pagi
hari.
Sudah ketiga kalinya mama membangunkan. Dikucek-kucek mata Bogel.
Ia melihat ke arah jarum jam telah menunjuk pukul tujuh. Segera ia melompat
dari tempat tidurnya. Tanpa mandi dan cuci muka ia segera berganti pakaian
seragam sekolahnya. Disahutnya tas ransel biru di meja belajarnya. Ingin segera
ia sampai di sekolah. Akan tetapi, waktu tetap berjalan dan Bogel pun tetap terlambat
masuk kelas.
“Ha…ha…ha…”, suara teman-teman Bogel
menertawakannya.
Bu Rini segera mengondisikan kelas. Guru
berkaca mata minus itu berpesan kepada Bogel agar lain kali tidak mengulanginya
lagi. Kita harus minta ijin terlebih dahulu jika kita menggunakan atau memakai
sesuatu yang bukan milik kita.
Sebelum melanjutkan pelajaran, disuruhnya Bogel
ke kamar mandi untuk cuci muka terlebih dahulu. Dengan langkah cepat ia ke
kamar mandi. Dalam hati, ia menyesali diri dan berjanji akan menjadi anak yang
rajin. Dia juga berharap orang tuanya mau memaafkan kesalahannya.
* Guru Bahasa Indonesia MI Tarbiyatul Ulum
* Guru Bahasa Indonesia MI Tarbiyatul Ulum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar