DAUN RESEDE (GLIRICIDIA SEPIUM) PENGGANTI
BAHAN KIMIA CAIR/KARBIT UNTUK MEMASAKKAN PISANG
Karya Tulis Ilmiah Remaja diajukan guna mengikuti kegiatan Karya Ilmiah Siswa Ma’arif (KISMA)
Kabupaten Semarang Tahun 2013
Ditulis oleh:
1. Hapsi
Nuh Safrudin
2. Roy
Wahyu Dwi Saputro
3. Wahib
Affandi
4. Wahyu
Amana Roby
MI TARBIYATUL
ULUM, JEMBRAK, KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2013
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU
MI TARBIYATUL ULUM
Desa
Jembrak, Kec. Pabelan, Kab. Semarang Kode Pos 50771
e-mail : mijembrak01@yahoo.co.id blog: mitujembrak.blogspot.com
|
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan
judul:
DAUN RESEDE (GLIRICIDIA SEPIUM) PENGGANTI BAHAN KIMIA
CAIR/KARBIT UNTUK MEMASAKKAN PISANG
Ditulis oleh:
1. Hapsi
Nuh Safrudin
2. Roy
Wahyu Dwi Saputro
3. Wahib
Affandi
4. Wahyu
Amana Roby
Telah diperiksa dan disetujui
sebagai Hasil Karya Ilmiah
Remaja
Pada Kegiatan Karya Ilmiah Siswa Ma’arif (KISMA)
MI Tarbiyatul Ulum, Jembrak, Kec. Pabelan, Kab.
Semarang
Tahun pelajaran 2013/2014
Jembrak, 16 Oktober 2013
Pembimbing
Sriyanto, S.Pd.I
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU
MI TARBIYATUL ULUM
Desa Jembrak, Kec.
Pabelan, Kab. Semarang Kode Pos 50771
e-mail : mijembrak01@yahoo.co.id blog: mitujembrak.blogspot.com
|
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan
judul:
DAUN RESEDE (GLIRICIDIA SEPIUM) PENGGANTI BAHAN KIMIA
CAIR/KARBIT UNTUK MEMASAKKAN PISANG
Ditulis oleh:
1. Hapsi
Nuh Safrudin
2. Roy
Wahyu Dwi Saputro
3. Wahib
Affandi
4. Wahyu
Amana Roby
Telah diterima dan disahkan
sebagai Hasil Karya Ilmiah
Remaja
Pada Kegiatan Karya Ilmiah Siswa Ma’arif (KISMA)
MI Tarbiyatul Ulum, Jembrak, Kec. Pabelan, Kab.
Semarang
Tahun pelajaran 2013/2014
Jembrak, 16 Oktober 2013
Kepala MI Tarbiyatul Ulum,
Sukron Hakim, S.H.I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
asma Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang segala puji syukur penulis
haturkan kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat. Dengan limpahan rahmat-Nya
penulis telah mampu menyelesaikan melaksanakan pengamatan yang berjudul: “DAUN RESEDE (GLIRICIDIA SEPIUM) PENGGANTI BAHAN KIMIA
CAIR/KARBIT UNTUK MEMASAKKAN PISANG” dengan tepat
waktu dan lancar.
Selanjutnya
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
- Sukron Hakim, S.H.I selaku Kepala MI
Tarbiyatul Ulum, Jembrak, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
- Sriyanto, S.Pd.I selaku guru IPA sekaligus
pembimbing dalam pengamatan
- Semua Bapak Ibu guru yang telah memberi bekal
dan pengetahuan kepada penulis.
- Seluruh teman-teman kelas VI MI Tarbiyatul Ulum, Jembrak, Kecamatan
Pabelan, Kabupaten Semarang.
Teriring doa
semoga amal dan budi baik semua yang telah diberikan kepada penulis menjadi
catatan amal baik di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga hasil pengamatan
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Jembrak, 16 Oktober 2013
Penulis
ABSTRAK
Safrudin, Hapsi Nuh, et al, 2013. Daun Resede
(Gliricidia Sepium) Pengganti Bahan
Kimia Cair/Karbit untuk Memasakkan Pisang. Laporan Penelitian,
Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Ulum, Jembrak. Pembimbing: Sriyanto, S.Pd.I
Kata kunci: Daun Resede (Gliricidia Sepium), Kabit,
dan Pisang
Penelitian ini dilatar belakangi pemanfaatan karbit pada pemasakan buah
pisang yang terlalu lama akan berdampak pada kesehatan konsumen. Pemasakkan
pisang dengan karbit bertujuan agar pisang cepat matang sehingga bisa segera
digunakan baik untuk dijual, dimakan, dan keperluan lainnya. Cara seperti ini
jika dilakukan dalam waktu lama tentu tidak sehat. Maka perlu ada alternatif
cara yang lebih aman dan sehat.
Daun Resede (Gliricidia Sepium) kami jadikan alternatif bahan
untuk memasakkan pisang lebih cepat. Caranya dengan memeram buah pisang yang
sudah tua dengan daun resede selama dua sampai tiga hari. Penelitian ini dilakukan
dengan metode pengamatan. Dari pengamatan yang dilaksanakan terbukti daun
resede (Gliricidia Sepium) dapat menjadi bahan alternatif untuk
memasakkan buah pisang. Daun Resede memacu keluarnya hormon etilen pada buah
pisang. Hormon etilen merupakan hormon yang memacu buah pisang untuk cepat
matang. Sehingga dengan bantuan daun resede pisang dapat cepat matang seperti
matang alami di pohon.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………..………..
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..
ABSTRAK……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………..………...
|
i
ii
iii
iv
v
vi
|
|
BAB I
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...
B. Rumusan Masalah …………………………………..………...
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………..
D. Manfaat Penelitian ………………………………...………….
|
1
2
2
2
|
BAB II
|
KAJIAN TEORI
A.
Pisang …………………………………….………………….
B.
Karbit (Kalsium Karbida) …………………….……………..
C.
Daun Resede atau Gamal (Gliricidia sepium) ……………...
|
3
3
4
|
BAB III
|
METODE
A.
Obyek/Sampel……………………...……………….………..
B.
Tempat dan Waktu …………………………………………..
C. Alat dan Bahan………..……………………………..………..
D.
Cara Pengamatan……………… …………………...………..
|
8
8
8
8
|
BAB IV
|
HASIL DAN BAHASAN
A. Hasil
…………………………………….…………………...
B. Bahasan
………………………………………..……………..
|
10
11
|
BAB V
|
PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………….………..
B. Saran ………………………………………………...………..
|
12
12
|
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
|
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Buah-buahan pada umumnya bisa dimakan
pada kondisi sudah masak. Pada kondisi masak vitamin yang terkandung di
dalamnya sudah mulai terbentuk. Selain itu buah yang sudah masak sudah enak
dinikmati. Jika dalam kondisi mentah buah dimakan tentu rasanya tidak seenak
buah saat masak. Pisang misalnya, jika kita makan pisang dalam kondisi mentah
rasanya pasti sepat dan lengket karena getahnya masih banyak. Selain itu kita
akan mengalami kesulitan dalam mengupasnya.
Buah pisang di pasar buah banyak
jenisnya, ada pisang ambon, pisang raja nangka, pisang mas, dan sebagainya. Di
pasar buah para penjual buah menjajakan pisang sudah dalam kondisi masak,
sehingga kita sudah bisa langsung memakannya. Tetapi kita tidak tahu apakah
masaknya buah pisang tersebut secara alami atau secara buatan. Secara alami
buah pisang masak bisa dari pohonnya. Secara buatan pisang bisa dimasakkan
dengan menggunakan karbit atau bahan kimia cair seperti ethrel.
Bagi para konsumen pisang memakan pisang
yang masak alami tidak menimbulkan efek yang berbahaya. Efek berbahaya akan timbul
ketika para konsumen makan pisang yang masak secara di karbit atau di ethrel.
Dalam jangka waktu yang lama tentu akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi
kesehatan. Maka perlu ada cara lain untuk memasakkan buah secara buatan yang
bukan dengan karbit atau ethrel. Selain itu buah pisang yang dimasakkan dengan
karbit akan cepat membusuk.
Melihat pengalaman yang sudah pernah
kami lihat yaitu orang tua kami memasakkan pisang yang sudah tua dengan
menggunakan bahan alami membuat kami tertarik untuk mengamatinya lebih lanjut.
Ketika orang tua kami menebang pisang yang sudah tua untuk kepentingan tertentu
seperti “nyumbang” maka orang tua kami harus memasakkan pisang lebih cepat.
Jika menunggu masak pohon tentu lebih lama. Orang tua kami memasakkan pisang
dua hari lebih cepat. Orang tua kami menggunakan daun resede untuk memasakkannya.
Berdasarkan paparan masalah di atas maka kami bermaksud membuat penelitian
dengan judul : DAUN RESEDE (GLIRICIDIA SEPIUM) PENGGANTI BAHAN KIMIA
CAIR/KARBIT UNTUK MEMASAKKAN PISANG
B.
Rumusan Masalah
- Apakah
daun resede (Gliricidia
sepium) dapat
menjadi pengganti bahan kimia cair/karbit untuk memasakkan pisang?
C.
Tujuan Penelitian
- Mengetahui
daun resede (Gliricidia
sepium) sebagai
pegganti bahan kimia cair/karbit untuk memasakkan pisang.
- Sebagai
penelitian dalam mengikuti kegiatan KISMA tahun 2013.
D.
Manfaat Penelitian
- Dari
penelitian ini diharapkan kami dapat mengetahui manfaat dari daun resede (Gliricidia
sepium) sebagai pengganti bahan kimia cair/karbit
untuk memasakkan pisang.
- Manfaat bagi penjual buah bisa membantu untuk
memasakkan pisang dengan cara yang aman dan sehat.
- Manfaat
bagi masyarakat pada umumnya bisa menjadi alternatif untuk memasakkan
pisang dengan cara yang aman dan sehat.
BAB II
Kajian Teori
A.
Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna
raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa
acuminata, M. balbisiana, dan M. Paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi.
Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang
disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika
matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau
bahkan hampir hitam. Buah pisang, terutama yang matang, memiliki beberapa
kandungan seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, beberapa
vitamin (A, B1, B2 dan C), zat besi, dan niacin. Kandungan mineralnya yang
menonjol adalah kalium (Wirakusumah, Emma S, 1977).
Sejak
penanaman pohon pisang sampai dapat dipetik buah pisangnya memakan waktu
sekitar 13-15 bulan. Sedangkan untuk masa panen berikutnya dibutuhkan waktu 3-4
bulan sekali. Semua tergantung dari umur anak pisang. Untuk perbanyakan paling
sering dilakukan dengan tunas. http://tipskesehatanku.blogspot.com/2013/07/manfaat-buah-pisang-bagikesehatan.html#sthash.E0GYaSo7.dpuf
Faktor yang mendorong terjadinya
proses pemasakan diantaranya adalah etilen. Etilen adalah adalah zat cair yang tidak berwarna, kental dan manis,
mudah larut dalam air, memiliki titik didih relatif tinggi dan titik beku
rendah. Etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin,
griberelin dan sitokinin. Dalam keadaan normal,
etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Etilen
di alam akan berpengaruh apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan
berperan dalam proses pematangan buah.
B.
Karbit (Kalsium Karbida)
Karbit
atau Kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaC2.
Karbit digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat mempercepat pematangan
buah. Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan air adalah :
CaC2 + 2 H2O
→ C2H2 + Ca(OH)2
Karena
itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las karbit,
asetilen yang dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang
diperlukan dalam pengelasan. (Wikipedia) Karbit memang telah lama digunakan
secara tradisional untuk memacu kematangan buah. Efektivitasnya hanya
seperseratus jika dibandingkan etilen. Siapa sangka selain pemacu kematangan,
gas asetilen yang dihasilkan dari karbit juga bermanfaat untuk menghilangkan
warna hijau. Buah pisang yang dimasakkan dengan menggunakan karbit dapat masak
setelah dua atau tiga hari. Namun sayangnya buah pisang yang dimasakkan dengan
menggunakan karbit juga cepat membusuk.
C. Daun Resede atau Gamal (Gliricidia sepium)
Daun
resede atau Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari
kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Sering digunakan
sebagai pagar hidup atau peneduh. Perdu atau
pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting
setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Nama-nama lainnya adalah kerside,
gliriside, sliridia, liriksidia, sirida, resede,
teresede (Jawa.); cebreng (Sunda) bunga Jepun (Malaysia.);
kakawate (Filipina); madre de cacao (Portugis); dan
gliricidia, Nicaraguan coffee shade (Inggris).
Gamal merupakan
tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat tanah khusus. (Manglayang
Farm Online, 6 Maret 2006). Gamal adalah
tanaman asli di kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah yang bermusim kering.
Gamal diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900 untuk digunakan
sebagai tanaman pelindung pada areal perkebunan di daerah Medan (Harian Umum
Suara Karya, 19 Mei 1992 dalam Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006). Ciri umum
Gamal adalah daun menyirip, dengan bentuk daun oval runcing yang agak lebar,
dan bunganya cukup indah berwarna ungu keputihan. Tanaman Gamal tumbuh baik
pada daerah dengan ketinggian 0-1300 meter dari permukaan laut dan dapat tumbuh
mencapai ketinggian 10 meter (Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian
Jaya No. 110/92, 1992).
Gliricidia
merupakan jenis multiguna. Pada daerah tropika, digunakan sebagai pagar hidup.
Kemampuannya bertunas setelah dipangkas cocok untuk pakan ternak, kayu bakar
dan tiang. Pada kondisi di bawah optimal, produksi biomas mencapai 12 ton berat
kering per hektar per tahun. Merupakan jenis pengikat nitrogen, daunnya dapat
digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau sehingga cocok untuk agroforestry. Nama
“ibu kokoa” muncul karena sering digunakan sebagai peneduh coklat, kopi dan
teh. Kayunya keras dan awet, berat jenis 0,5-0,8g/cm3. Nilai kalorinya 4.900
kkal/kg. (Hanum dan van der Maesen, 1997).
Batang tanaman gamal
adalah tunggal atau bercabang, jarang yang menyemak, tinggi 2-15 m. Batang
tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkal
tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang
yang telah tua. Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai
daun. Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang
bulat. Ukuran daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga merah muda cerah
sampai kemerahan, jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan bunga tegak
(Amara dan Kamara, 1998)
Gamal
dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pakan ternak yang banyak disukai oleh
ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba (Lembar Informasi Pertanian
(LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 110/92, 1992). Gamal mempunyai nilai gizi yang
tinggi, pencegah erosi, dan penyubur tanah. Kayunya dapat digunakan sebagai
kayu bakar, arang atau sebagai bahan bangunan dan alat pertanian. Tanaman ini
juga digunakan dalam berbagai sistem pertanaman, yaitu sebagai pohon pelindung
dalam penanaman teh, cokelat, atau kopi. Selain itu juga berfungsi sebagai
penyangga hidup untuk tanaman vanili, lada hitam, dan ubi jalar. Manfaat lain
yang lebih umum yaitu digunakan sebagai pagar hidup, tanaman pelindung, tanaman
pupuk hijau pada pola tanam tumpang sari, sebagai penahan tanah pada pola tanam
lorong dan terasering. Selain itu, tanaman ini juga ternyata dapat digunakan
untuk mereklamasi tanah atau lahan yang gundul atau tanah yang rapat ditumbuhi
oleh alang alang (Imperata cylindrica) (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006).
Salah satu sebab mengapa Gamal cepat populer adalah resistensinya terhadap hama
kutu loncat (Heteropsylla cubana) yang telah meluluhlantakan Lamtoro di
berbagai belahan dunia tropis (FAO, 1998).
Meskipun
Gamal dapat diperbanyak dengan biji, tapi lebih sering menggunakan setek batang
dalam usaha mengembangbiakan Gamal. Alasan pertama adalah, sulitnya mencari dan
mengumpulkan biji Gamal.Di berbagai tempat yang kami temui, jarang pohon Gamal
yang dapat tumbuh sampai besar, berbunga dan berbiji. Hal ini disebabkan Gamal
sudah secara berkala di panen daun dan batangnya, jarang yang dapat tumbuh
sampai berbunga dan berpolong. Alasan lain, perbanyakan dengan setek batang
lebih mudah dan lebih cepat daripada melalui biji. Tanaman yang diperbanyak
dengan setek sudah dapat dipanen perdana pada usia di bawah 1 tahun. Biasanya
8-10 bulan. Sedangkan pada tanaman biji, hasil biomasa baru dapat diperoleh
pada usia sekira 2 tahun. Penanaman setek lebih baik berasal dari batang bawah
tanaman yang cukup usia (diatas 2 tahun), diameter batang cukup besar (diatas
4cm) dengan panjang setek bervariasi mulai dari 40cm sampai 1.5m. Jarak tanam
juga bervariasi, antara 40 -50cm sampai dengan 1.5 – 5m tergantung kebutuhan.
Meskipun kadang-kadang menggugurkan daunnya pada musim kering dan kondisi udara
dingin, Gamal dapat dikategorikan sebagai pohon yang selalu hijau (evergreen).
Dapat dipanen setiap 3 – 4 bulan sekali, dengan hasil antara 1 – 2 kg hijauan
basah per tanaman. G. sepium merupakan tanaman yang cocok untuk tanah asam dan
marginal seperti diutarakan oleh Szott et al. (1991). Lebih lanjut, Whiteman et
al. (1986) menilai Gamal beradaptasi dengan baik pada tanah dengan kandungan
kalsium rendah seperti di Australia. Sayangnya, pada tanah yang mengandung
saturasi Alumunium cukup tinggi seperti beberapa daerah di Indonesia, Gamal
tumbuh kurang baik dan memiliki tingkat tahan hidup yang rendah (Direktorat
Jenderal Peternakan,1999).
BAB III
METODE
A.
Obyek/sampel
Obyek
dalam penelitian ini adalah buah pisang.
B.
Tempat dan Waktu
Tempat
pelaksanaan penelitian adalah di ruang kelas VI MI Tarbiyatul Ulum, Jembrak,
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Pada hari Sabtu - Rabu, 12–16 Oktober
2013.
C.
Alat dan Bahan
1.
Pisau
2.
3 sisir pisang yang
sudah tua
3.
Sabit
4.
Pisau/parang
5.
Daun resede secukupnya
6.
Karung
7.
Rafia
D.
Cara Pengamatan
- Tebang
pohon pisang yang sudah tua
- Tandan
pisang dipotong sesuai jumlah sisiran yang ada
- Pisang
dijemur sampai getahnya kering
- Masukkan
daun resede ke dalam karung
- Masukan
pisang kedalam karung yang sudah diberi daun resede
- Masukan
lagi daun resede hingga menutupi pisang
- Ikat
karung dengan rafia
- Letakan
karung yang berisi pisang ditempat yang bersih
- Tunggu
selama dua sampai tiga hari
- Karung
di buka lalu di bersihkan dari daun resede
- Pisang
siap dimakan
BAB IV
HASIL DAN BAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil dari pengamatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut buah pisang yang diperam dengan daun resede setelah tiga
hari belum masak secara sempurna. Buah pisang yang masak baru satu sisir.
Gb. Pisang yang dibuka pada hari ketiga.
Pada hari kelima kami buka kembali
peraman buah pisang. Buah pisang sudah masak sempurna dengan warna kuning pada
kulitnya. Untuk membuktikan rasa pisang buah kami makan. Rasanya sama dengan
buah pisang yang masak secara alami dari pohon.
Gb. Pisang yang dibuka pada hari kelima
B.
Bahasan
Buah
pisang dikatakan masak sempurna apabila kulitnya berwarna kuning. Pada
pengamatan hari ketiga buah belum bisa menguning secara sempurna hal ini
disebabkan karena faktor buah yang belum begitu tua dan kerapatan dalam
menyimpan pisang di dalam karung goni. Untuk menunggu hasil yang sempurna
pemeraman kami tunggu hingga hari kelima. Pada hari kelima pisang sudah bisa
masak secara sempurna sehingga sudah bisa dimakan. Pemasakan pada buah pisang
terjadi akibat suhu panas yang ada di dalam karung yang berisi daun resede.
Panas tersebut berasal dari daun resede yang disumpat dalam karung. Dalam hal
ini daun resede dapat memacu timbulnya asam asetilen pada buah pisang yang
diperam sehingga buah pisang bisa masak seperti masak alami saat di pohon.
BAB V
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Daun resede (Gliricidia sepium) dapat memasakkan buah pisang dengan cara
memeram buah pisang dengan daun resede.
2.
Daun resede (Gliricidia sepium) dapat memacu keluarnya asam asetilen pada buah
pisang sehingga membuat pisang menjadi masak.
3.
Berdasarkan
kesimpulan-kesimpulan di atas berarti daun resede (Gliricidia sepium) dapat dijadikan pengganti bahan kimia
cair/karbit untuk memasakkan pisang.
- Saran-saran
1.
Sebaiknya kegiatan
pengamatan dilakukan di ruang laboratorium.
2.
Perlu diberikan waktu
yang cukup untuk melakukan pengamatan dan pembuatan laporan.
3.
Sebaiknya pilih pisang
yang benar-benar sudah tua jika ingin dimasakkan dengan daun resede (Gliricidia sepium).
4.
Bagi para penjual buah
bisa menggunakan alternatif daun resede untuk memasakkan pisang yang akan
dijual.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar